![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgStyKhsTp3m5OmL3RTaz-c7thSGYQpXiXAkmjJeWzT6pdm6GkOl4TyXVcJ9HnRvehSOfgo5ONZenh9zk0fzylVOEXgFxvETDxhWyS8B_xMZcL7s37QaskqFFYMDbzamiQmO7IoDMOu8fY/s400/580797_0aa4f86f-8422-418b-bb5d-854a69c56388.jpg) |
Sumber : Tokopedia |
Judul film :
Tenggelamnya Kapal Vander Wick
Sutradara & Produser : Sunil Soraya
Produksi :
Ram Soraya
Adaptasi Novel :
Buya Hamka
Pemeran :
Herjunot Ali (Zainudddin), Pevita Pearce (Hayati), Reza Rahardian (Aziz), Randy
Nidji (Muluk), Gesya Shandy (Khodijah Adik Aziz), Musra Dahrizal (Datuk
Penghulu Adat), Nani Syamsu (Mak Tangah Limah Bibi Hayati), Ahmad (Adik
Hayati), Iris Emiliana (Upiak Banun Sahabat Hayati), Nina Nadjamuddin (Ma’
Base).
Jenis Film :
Drama, Adat atau Budaya
Resensi
Tenggelamnya Kapal
Vander Wijck adalah film yang diadaptasi dari novel karya buya hamka yang
merupakan karya novelnya yang laris. Buya hamka mempunyai latar belakang
seorang wartawan selain menulis novel Buya Hamka aktif menulis, beberapa karya
beliau yang populer adalah tafsir Al-Azhar, buku trilogi yaitu tasawuf modern,
Falsafah Hidup, dan Lembaga Hidup dan lain-lain. Buya hamka ini juga pernah
menjabat MUI pada tahunnya Presiden Soekarno.
Alur film ini bercerita tentang anak muda yang bernama Zainuddin
yang tinggal bersama Mak base di Makassar yang ingin pergi merantau ke padang
panjang tempat asal kelahirannya. Disana dia ingin juga menziarahi ke makam ayah,
ibunya sekaligus belajar Agama disana. Di padang panjang sana dia menginap di
rumah saudara dari ayahnya yaitu Mak Jamilah.
Di
waktu pagi harinnya saat suami mak cik memperkenalkan tempat kelahiran asal
ayahnya di desa batiupuh untuk melihat pemandangan desa yang indah tiba-tiba
Zainuddin ini bertemu dengan gadis bunga desa yaitu cik hayati sedang naik kuda
delman dan saling bertatapanlah mereka.
Pada
saat Zainuddin selesai mengikuti pengajian agama cuaca saat itu sedang hujan,
dia lihat cik hayati bersama temannya yang berteduh menunggu hujan reda akan
tetapi hujan juga tak kunjung reda sedangkan sahabatnya ingin segera pulang
kerana ada suatu urusan. Zainuddin melihat dirinya yang membawa payung
bertindak langsung memberikannya kepada cik hayati. Awalnya cik hayati menolak
akan tetapi ada warga pemilik rumah berkata “ati jangan tolak bantuan orang
lain tak baik” dan akhirnya hayati menerima bantuan dan berkata “kemana saya
harus mengembalikan payung ini”. Zainuddin menjawab “di rumah cik jamilah” lalu
hayati pamit.
Mulai
pada saat itu hayati dan zainuddin sering bertemu untuk mengirim surat. Konflik
bermula ketika cik hayati dan zainuddin bertemu, dilihatnya mereka dari warga
batipun untuk melaporkan kepada kepada ketua adat bahwa hayati dan zainudin
sedang berduaan. Sontak ketua adat ingin mengusir Zainudin. Dimana adat disana
suku minang harus di nikahkan dengan suku minang, sedangkan ketua adat
menganggap zainudin bukan orang minang padahal ayahnya dari suku minang. Melihat
ketidakadilan ini akhirnya Zainudin pergi dari kampung batipuh dan segera
pindah ke kampung padang panjang yang sebelumya sudah disarankan oleh cik
jamilah. Bertemulah zainuddin dengan pemilik rumah dan dari pemilik rumah itu
memjpunyai seorang anak yang bernama Muluk.
Sebelum
pergi Zainudin pamit terlebih dahulu dengan Hayati. Hayati berjanji akan setia
dengan Zainudin bagaimanapun keadannya. Zainuddin minta dikasih azimat lalu
dikasihkanlah kerudung yang dipakai Hayati untuk diberikan kepada Zainuddin. Dimana
ketika nanti ajal sudah menjamput Zainuddin minta selendeng itu di taruhnya di
atas kuburnya.
Pada
suatu ketika Hayati mengirim surat kepada Zainuddin bahawa Hayati mendapat izin
untuk pergi ke padang pajang menginap di rumah temannya. Mereka akan bertemu di
tempat pacuan kuda. Hayati akhirnya datang ke rumah temannya dia bertemu dengan
aziz kakak dari sahabat temamnnya itu. Aziz suka terhadap kecantikan Hayati dan
keluargannya juga mendukungnya agar segera menikah. Lalu keluarga Aziz melamar
Hayati untuk datang ke keluarganya, bersamaan dengan itu Zainudin juga mengirim
surart lamaran kepada Hayati. Diadakannya rapat oleh ketua adat dalam rapat
warga berselisih siapa yang cocok untuk meminang Hayati dan akhirnya ketua adat
memutuskan Aziz untuk menikahi Hayati. Dipanggillah Hayati meminta persetujuan
darinya dalam hati hayati sebenarnya dia tidak ingin menikah dengan Aziz, akan
tetapi ketika saat ditanya Hayati diam saja dengan wajah menangis, lalu berkata
“terserah kepada ketua adat”. Akhirnya Hayati dan Aziz menikah. Hayati sebelumnya
sudah mengirim surat kepada Zainuddin untuk memutus hubungan mereka dan dia
akan menikah dengan Aziz. Membaca kabar itu membuat remuk hati Zainuddin.
Zainudin jatuh sakit bukan sakit secara fisik akan tetapi sakit dari batin yang
yang luar biasa membuat dia menderita dan tidak mau makan. Keluarga Muluk
mendatangkan tabib, tabib berkata “obatnya itu adalah dengan ketemu hayati
walaupun sekali”. Diberitahukannya kepada Hayati dan bersedia menemui Zainuddin.
Datanglah Hayati untuk menemui Zainuddin yang sedang menederita. Di raihlah
tangan Hayati, dan dilihatlah tangannya ada cincin lalu Zainuddin tersadar dan
bekata “bukan muhrim. Keluar sana semuannya.”
Bang
Muluk selalu memberi motivasi kepada Zainuddin perlahan-lahan luka hati
Zainudin sembuh. Muluk berkata “Kenapa engkau tidak menulis saja. Aku lihat
tulisan engkau dikamar bagus-bagus”. Setelah mendapat motivasi dan saran dari Muluk.
Zainudin mulai bangkit kembali. Mulailah Zainuddin ditemani Muluk untuk pergi berlayar
ke Batavia karena kota yang di tempatinya menurut Zainuddin mengingatkan akan
kepahitannya.
Zainuddin mulai menulis buku dan dibawanya ke penerbit
dan hasil tulisannya laris di pasaran. Zainuddin terus menulis sampai akhirnya
dia mendapat tawaran dari perusaahn yang bergerak di bidang industri koran. Dimana
industri tersebut tidak ada mengelola, dan ditwarkanlah kepada zainudin, dan
nantinya hasilnya akan dibagi menjadi dua. Akhirnya diterima kerjasamannya. Zainuddin
akhirnya memimpin perusaahn tersebut sekaligus dia menulis dan menerbitkan
ditempat yang dia bekerja.
Tiba-tiba terdengar pintu yang mengetuk pintu dibukalah
oleh Hayati ternyata temannya dari desanya. Dia berbagi cerita diaman ada buku
karangan gubahan Z yang cerinya mirip dengan Zainudin. Diberikanlah buku itu
kepada Hayati.
Dibacalah
buku itu. Pada suatu ketika Aziz pulang dari tempatnya bekerja. Aziz mengetuk
pintu dimana hayati pada saat itu sedang tidur. Hayati tersadar dari tidurya
dan meminta maaf bahwa dia telah ketiduran. Langsung Aziz marah. Pembantu
memberitahu hari-hari ini Hayati sering baca buku. Hayati dan Aziz akhirnya pindah
ke Surabaya.
Pada
suatu ketika dalam sebuah acara Opera yang di ikuti oleh komunitas Sumatra. Dalam
Opera tersebut ada pertunjukan drama. Drama tersebut di ambil dari cerita karya
gubahan Z. Tak disangka-sangka dilihatnya oleh Aziz dan Hayati seorang penulis
dari gubahan Z itu adalah sosok dari Zainuddin saaat diperkenalkannya pengarang
dari ide darama tersebut. Pada saat acara selesai pada acara ramah-tamah.
Pandangan mereka bertemu bertemu yaitu Zainuddin dengan aziz. Lalu dihampirinya
Aziz dan bersalamanlah mereka. Meraka berbasa-basi. Tiba-tiba Aziz punya ide
untuk meminta tolong kepada Zainuddin untuk melunasi hutangnya, dan di
tolonglah Aziz oleh Zainuddin.
Suatu
saat Hayati sedang menyiapkan masakan. Aziz marah kepada Hayati masakan apa
ini. Lalu Hayati menjawab abang tidak pernah memberi uang kepada bunda. Tiba-tiba
datang seorang rentenir yang menagih hutang. Akhirnya Aziz dan Hayati menderita
kemiskinan Aziz sudah tak punya tempat tinggal lagi. Rumahnya disita. Aziz
minta bantuan kepada Zainudin untuk mnginap beberapa hari sampai Aziz
memperoleh pekerjaan. Zainudin bersedia membatu aziz dengan ikatan sahabat. Berselang
kemudia aziz sakit berselang dua minggu Aziz sudah tinggal bersama Zainuddin.
Aziz tidak enak, malu jika menetep terus di rumah Zainuddin dia ingin bekerja
keluar meskipun kondisi belum pulih sepenuhnya sedangkan Hayati meneteap di
rumah Zainuddin.
Hayati bertemu Muluk dan berkata ”apakah Zainuddin masih
membenci saya bang Muluk kog saya tidak di perkenankan untuk masuk ke kamar Zainuddin”.
“ Bukan begitu cik Hayati dia sudah merena dan tidak pernah beruntung hidupnya”
ucap Muluk. “ Bukankah rumah ini, dan kekayaan
ini sudah membuat bahagia”. “Dia dilihat secara lahir kaya akan tetapi batin
sangat merana”. Lalu masuklah Hayati dan diperlihatkanlah gambar Hayati yang
ada dikamar. Hayati menangis teredu-sedu saat itu.
Aziz mengirim surat ingin melepaskan Hayati berselang
tidak lama Aziz bunuh diri dengan meminum racun. Dia telan racun itu dan
akhirnya mati.
Hayati
bertemu dengan Zainuddin berkata apakah engkau masih marah kepadaku Zainuddin.
Hayati minta maaf atas segala perbuatan yang telah ia lakukannya. Dan zainuddin
tidak mau memaafkan hatinya sudah dipenuhi rasa marah dan dendam. Diusirnya Hayati
untuk kembali pulang ke kampungnya. Dengan biaya yang di tanggung oleh
Zainuddin.
Hayati di antar Muluk untuk pergi ke pelabuhan perasaan Hayati
tidak enak seakan-akan kakinya tidak mau berpisah dengan bumi. Lalu naiklah Hayati
dengan perasaan tidak enak itu. Pada saat perjalanan naik kapal, tiba-tiba ada
suara yang berbunyin alarm penumpang panik. Kapal yang di naiki Hayati akhirmya
tenggelam. Zainuddin tersadar dan menyesal bahwa apa yang dilakukannya salah,
ia hendak menjemput hayati. Akan tetapi tiba-tiba dia mendapat kabar dari koran
bahwa kapal yang ditumpangi Hayati itu tenggelam. Berangkatlah Zainuddin menuju
tempat evakuasi para korban. Zainuddin mencari Hayati kesana-kemari satu
persatu korban dilihatnya. Akhirnya ditemukanlah Hayati dalam keadaan krtits,
karena kekurangan darah kata dokter. Tiba-tiba mata Hayati membuka sayup-sayup
dan berkata “maafkanlah saya zanudin” dengan suara yagn terbata-bata. Zainuddin
bersedia memafkan. Zainuddin tidak rela hayati untuk pergi. Hayati meinta Zainuddin
untuk membacakan kalimah sayahadat sebelum pergi. Dibacalah dua kalimat
syahadat di dekat telingannya. Hayati menirukan dengan terbata-bata. Hayati menutup
mata untuk yang terakhirnya kalinnya.
Zainuddin sudah belajar dari masa lalunya bahwa ketika
dia sedang turun yang dia sadari haru bangkit, jatuh lalu bangkit terus
Zainuddin akhirnya menulis buku baru yang berjudul “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. dan mendirikan tempat untuk anak
yatim piatu yang ia persembahkan untuk Hayati.
Film Tenggelamnya
Kapal Van Wick INi layak di tonton. Hal inin dikarenakan film ini beretemakan
tenatng perjuangan dikala terepurukan. Merupakan terhadap kritik tentang adat
suatu budaya yang tidak baik itu dapat membuat menderita seseorang. Di
harapkannya film ini bisa memotivesi dikala jatuh itu harus bangun, jatuh
bangun lagi dan merubah adat yang sudah tidak relevan lagi.
Resensi Film Oleh : Luqman/
Tanggal 16 Februari 2019